Friday, December 14, 2007

Konghucu Menghargai Keberagaman Agama

by Krisantus

Saling menghargai antar umat beragama adalah sesuatu kekuatan yang harus dijaga oleh setiap individu, agar terhindar dari konflik yang disebabkan perbedaan. “Apa yang tidak diri kita inginkan, jangan berikan itu pada orang lain,” kata Sutadi, utusan dari umat konghucu di Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB). Ucapan itu dikutip dari ayat yang diajarkan oleh Kong Ze. Kutipan itu memberikan gambaran mengenai sifat saling menghargai antarumat beragama. Bagi umat Konghucu, pandangan mengenai hal itu sudah terdapat dalam Ba De atau delapan ajaran yang menjadi dasar agama, untuk menciptakan kehidupan sehari-hari. Termasuk kerukunan umat beragama. Delapan kebajikan itu dimulai dari Xiao, berbakti. Ti, persaudaraan. Xin, dapat dipercaya. Cing, setia. Li, etika. Ngi, tahu balas budi. Lian, suci hati. Che, tahu malu. “Dengan adanya delapan kebajikan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung telah mengajarkan kita, untuk hidup akur dengan orang yang bukan Konghucu,” kata pengacara yang juga menganut agama Konghucu. Semua agama mengajarkan kebaikan. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Adanya keberagaman beragama, hendaknya dapat memberikan kekayaan yang tak ternilai harganya. Untuk menjaga persaudaraan dengan agama lain serta lingkungannya, umat Konghucu hidup membaur dengan mereka yang berbeda agama. Selain itu, mereka juga aktif dalam organisasi bersama, seperti FKUB. Menjalankan kegiatan sosial, sumbangan dan banyak lagi. “Kebajikan yang kedua, Ti (persaudaraan) menunjukkan bahwa kita benar-benar diajarkan untuk hidup bersaudara,” kata Suryanto, Konsultan Manajemen Gema Buana. Suryanto menambahkan, dari sebuah kutipan ajaran Konghucu, bahwa ada pendidikan, tiada perbedaan. Maksudnya adalah, orang yang mempunyai pendidikan akan mempengaruhi pola pikirnya sendiri, terhadap keberagaman. Karena mereka dianggap mengerti dengan baik dan buruk dari keberagaman itu.Biasanya, mereka yang tidak menghargai keberagaman adalah, mereka yang tidak mempunyai pendidikan. “Baik itu pendidikan formal dan informal. Termasuk juga pendidikan agama,” kata Suryanto. □

0 komentar:

by TemplatesForYouTFY
SoSuechtig, Burajiru