Friday, June 25, 2010

Puisi Sebagai Sarana Belajar Bagi Siswa

Membaca Puisi bagi sebagian orang mungkin dianggap sesuatu yang membuat pusing pikiran, apalagi untuk menulis puisi. Namun bagi, Nano L. Basuki, puisi merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan dan menjadi sarana yang baik dalam mengungkap setiap pengalaman hidup yang telah dijalani. Puisi dalam kamus bahasa Indonesia adalah sebuah bentuk karya sastra singkat untuk menuangkan apa yan ada di pikiran kita, apa yang ada di hati kita, dan apa yang ada di jiwa kita. Dikatakan singkat karena puisi adalah bentuk karya sastra yang paling pendek jika dibandingkan cerpen atau novel. "Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi menurut guru SMP Bhakti Bernardinus, Menyuke Hulu (Darit) itu menjadi salah satu sarana pembelajaran yang dapat memudahkan siswa dalam mengungkapkan pengalaman hidup dilingkungan mereka. Dengan puisi, siswa dapat mendalami setiap kejadian yang dilihat, dirasakan dan didengar terhadap dirinya maupun orang lain yang diungkapkan dengan sebuah tulisan berbentuk puisi. “Disadari atau tidak, semakin didalami, siswa akhirnya menjadi peka terhadap setiap terhadap kejadian disekitarnya,” ungkap lulusan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta itu. Melalui pendalaman terhadap puisi, imbas yang diperoleh siswa adalah mereka dapat menularkannya hingga ke bangku sekolah, dimana tidak hanya pada satu pelajaran saja. Pengalaman yang dialami dalam kehidupan siswa yang diungkap melalui puisi tidak hanya terfokus pada satu bidang kehidupan, tetapi banyak masalah kehidupan atau pengalaman lainnya, seperti kemiskinan, kerusakan infrastruktur, kenakalan remaja, aktivitas ekonomi, dll. “Puisi sangat mendukung metode pembelajaran dikelas,” jelasnya. Pria lajang kelahiran 16 Agustus 1978 ini merupakan seorang penulis puisi handal. Diakuinya, sejak duduk dibangku sekolah (SMA) dirinya sudah aktif menulis berbagai puisi yang berasal dari rangkaian pengalaman hidupnya. Hingga tahun ini, terkumpul banyak puisi yang telah dijadikan dalam bentuk buku atau kata lainnya Antologi. Diantaranya adalah puisi berjudul “Buah Pena” (2005), “Wanita-wanita Renta” (2006), “Air Mata Bintang Kutub Utara” (2007), “3 Merawat Kata” (2008) dan “Antalogi Puisi 8 Warna” (2009).

Baca selengkapnya..

Wednesday, June 23, 2010

Dunia Jasa Konstruksi Diharapkan Tingkatkan Profesionalisme Kerja

Seiring dengan perkembangan dunia, baik dibidang politik, ekonomi, social dan budaya yang selalu berubah dengan cepat serta adanya kesepakatan dunia terhadap pasar bebas (free market), dunia jasa konstruksi diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan mengikuti setiap perkembangan yang terjadi sehingga dapat meningkatkan profesionalisme kerja mereka. Demikian pinta Bupati Bengkayang, Jacobus Luna saat membuka sosialisasi dan pembinaan jasa konstruksi kabupaten Bengkayang, Rabu (23/6) di Aula I Kantor Bupati. Harapan ini tidak terlepas dari pentingnya peranan yang dimiliki oleh jasa konstruksi dalam setiap proses pembangunan mengingat sektor ini merupakan sektor yang menghasilkan produk akhir berupa bangunan, baik sarana maupun prasarana. Harapan yang disampaikan Bupati ini juga berkaitan erat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2010 Tentang Perubahan PP Nomor 28 Tentang Usaha dan Peran Serta Masyarakat Jasa Konstruksi yang ditetapkan 6 Januari 2010 oleh Presiden SBY. “Perubahan aturan ini dimaksud agar jasa konstruksi dapat meningkatkan profesionalisme kerja dan akuntabilitas serta daya saing di era persaingan global saat ini,” terang Bupati.

Baca selengkapnya..

Jagoi Babang Ditunjuk Sebagai Desa Informasi

Keterbatasan sarana informasi terutama didaerah terisolir ataupun perbatasan membuat Masyarakat sulit untuk memperoleh informasi sebagai pengetahuan yang dibutuhkan. Untuk mengatasi hal itu, Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi melaksanakan program Desa Berdering, Desa Punya Internet (Desa Pinter), Kecamatan Internet serta Desa Informasi yang semuanya dimaksud agar semua desa di Indonesia dapat dengan mudah mengakses setiap informasi. Bengkayang sebagai salah satu dari 15 Kabupaten yang memiliki perbatasan darat dengan Negara lain sangat menyambut baik adanya program tersebut, sebab selama ini, seperti yang diketahui khusus untuk daerah perbatasan, informasi yang masuk lebih banyak berasal dari luar (Malaysia), seperti siaran televise, radio, aktivitas ekonomi menggunakan uang Ringgit, dan banyak hal lagi. Dalam hal ini, Kementerian Kominfo menanggapinya dengan menunjuk salah satu desa di Kecamatan Jagoi Babang, kecamatan yang berbatasan langsung dengan Malaysia sebagai Desa Informasi, yakni desa yang memiliki akses informasi baik berupa internet, telepon, radio, saluran televise dan menjadi desa percontohan bagi desa lain didaerah perbatasan. “Saat ini masih ditinjau, apakah Desa Jagoi atau Sebadak yang akan ditetapkan sebagai Desa Informasi nantinya,” kata Bupati Bengkayang, Jacobus Luna dalam wawancara singkat usai pembukaan Sosialisasi Forum Pemberdayaan Lembaga Komunikasi Sosial Dalam Rangka Desa Informasi di Aula Penginapan Ridho, Selasa (22/6). Pejabat yang telah dua periode memimpin Bengkayang ini kemudian mengatakan jika upaya yang diberikan Kementerian dalam mengembangkan akses informasi bagi masyarakat itu disambut antusias. Dimana hal itu memiliki peranan penting dalam membuka peluang bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi seluas-luasnya. Menurutnya, minimnya sarana informasi yang dialami diakui berdampak pada rentannya daerah perbatasan dipengaruhi oleh pihak luar yang dengan mudah menyebarkan informasi kepada mereka. Hadir dalam sosialisasi tersebut, Bupati Bengkayang, Dirjen Kelembagaan Komunikasi Sosial Saran Komunikasi dan Desiminasi Informasi (SKDI) Kementerian Kominfo dan rombongan, Camat Jagoi Babang, Seluas, Siding dan Bengkayang serta para peserta yang berasal dari Kelompok Informasi Masyarakat Perbatasan, Kelompok Media Pertunjukan Rakyat dan Anggota Radio Komunitas Daerah Perbatasan. Sementara itu, Dirjen Kelembagaan Komunikasi Sosial Saran Komunikasi dan Desiminasi Informasi (SKDI) Kementerian Kominfo, James Pardede dalam kesempatan itu mengungkapkan bahwa kesenjangan dalam mengakses informasi yang berguna bagi masyarakat, perlu dilakukan pembangunan infrastruktur komunikasi dan informasi serta mengembangkan dan memberdayakan Lembaga Komunikasi Sosial melalui pendekatan komunikasi kemasyarakatan. Dalam hal ini, baik pemerintah pusat, propinsi maupun kabupaten/kota perlu mengembangkan Lembaga Komunikasi Masyarakat sebagai mitra kerja dan jaringan dalam melakukan diseminasi informasi. Kondisi masyarakat Indonesia sangat heterogen dengan penyebaran penduduk yang tidak merata dan kemampuan mengakses informasi masyarakat yang berbeda-beda pula. Disatu sisi masyarakat memiliki kemudahan untuk mengakses informasi melalui penggunaan teknelogi komunikasi dan informasi, namun disisi lain, beberapa kelompok masyarakat memiliki keterbatasan dalam memperoleh hal tersebut disebabkan berbagai faktor, seperti kemampuan ekonomi ataupun kurangnya keterampilan dalam menggunakan teknologi informasi. “Tahun ini akan direalisir, sekarang dalam proses lelang dan sedang ditinjau dilapangan, radio komunikasi tahun depan dipastikan sudah selesai,” ungkap pria yang akrab disapa James ini. Dari paparan singkatnya disebutkan, tahun ini melalui program USO, Pemerintah mentargetkan 32.948 desa berdering dari 33.259 desa (total 72.800 desa yang ada di Indonesia) dan sisanya akan dilaksanakan pada tahun 2011 sebanyak 311 Desa. Kemudian pembangunan Desa Punya Internet (Pinter) sebanyak 100 desa, Kecamatan Internet 5.748 serta Desa Informasi sebanyak 15 desa didaerah perbatasan.

Baca selengkapnya..

Wednesday, April 28, 2010

Kampanye Pemilukada Bengkayang Terbagi Enam Zona

Masa kampanye tertutup bagi kandidat Bupati dan Wakil Bupati Bengkayang 2010-2015 berakhir pada 30 April ini. Selanjutnya pada 1 Mei kampanye terbuka segera dimulai hingga berakhir 15 Mei. Selama masa kampanye tertutup, KPU sebagai penyelenggara Pemilukada tidak menentukan daerah atau wilayah mana kandidat harus mensosialisasikan dirinya kepada masyarakat. Namun pada kampanye terbuka, KPU telah membuat aturan sendiri bagi setiap kandidat terhadap wilayah kampanye terbuka mereka. Ini dimaksud agar tidak terjadi benturan bagi setiap kandidat. Kampanye terbuka, kandidat dapat mengerahkan massa atau simpatisannya dan berorasi ditempat umum yang diperkenankan. Untuk menciptakan ketertiban dan keamanan selama masa kampanye terbuka, KPU telah menyusun dan menentukan zona (wilayah) kampanye bagi enam kandidat. “Kampanye terbuka Pemilukada Bengkayang dibagi enam zona,” kata Anggota KPU Pokja Kampanye, Martinus Khiu, Rabu (29/4) diruang kerjanya. Pria yang akrab disapa Khiu ini menyebutkan, untuk Zona I terbagi atas Kecamatan Bengkayang, Teriak dan Sungai Betung. Zona II : Samalantan, Monterado dan Lembah Bawang. Zona III : Capkala, Sungai Raya dan Sungai Raya Kepulauan. Zona IV : Lumar, Suti Semarang dan Ledo. Zona V : Sanggau Ledo, Tujuh Belas. Zona VI : Seluas, Jagoi Babang dan Siding. Sementara, dari jadwal kampanye terbuka yang ditentukan selama 1 s.d 15, Khiu mengatakan beberapa hari diantaranya akan diisi dengan deklarasi kampanye damai (1 Mei), Penyampaian visi dan misi (3 Mei) dan hari besar kenaikan Yesus Kristus (13 Mei) tidak ada jadwal. Dengan segera dimulainya kampanye terbuka, Khiu juga tidak lupa mengingatkan kepada para kandidat agar dapat bertarung secara fair play dan mengedepankan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat Bengkayang. Kepada masyarakat juga Khiu menghimbau agar tidak serta merta menelan informasi yang dapat menimbulkan konflik serta tetap menjaga keamanan selama masa itu.

Baca selengkapnya..

Monday, September 14, 2009

DPRD Bengkayang Dihuni Tiga “Srikandi”

Pemilu Legislatif 9 April lalu berhasil menempatkan tiga orang Srikandi ditubuh DPRD Bengkayang dari 30 anggota DPRD secara keseluruhan. Artinya hanya sekitar 10 persen saja keterwakilan perempuan dilegislatif Bengkayang. Ketiga Srikandi tersebut berasal dari tiga partai berbeda, yakni Partai Golkar, yang dimiliki Ir. Elisabet P. Boli, M.Kes. Dari Partai PDI Perjuangan, Antonia Rita serta Sarina dari partai Demokrasi Pembaruan (PDP). Walaupun berada dalam perahu yang berbeda, namun ketiganya berada dalam satu Daerah Pemilihan (Dapil), yaitu Dapil I (satu) yang terdiri dari Kecamatan Bengkayang, Teriak, Sungai Betung, Samalantan, Monterado dan Lembah Bawang. Dari Tiga Srikandi tersebut, satu diantaranya merupakan wajah lama, yaitu Sarina (PDP), sedangkan dua orang lainnya adalah wajah baru. Tetapi dalam hal perolehan suara, Antonia Rita mengungguli Sarina dan Elisabet P. Boli. Hasil akhir yang ditetapkan KPU Bengkayang beberapa waktu lalu menyebutkan Antonia Rita memperoleh 1171 suara sah. Sarina 996 suara dan Elisabet 914 suara. Dapil I sendiri secara keseluruhan suara sah berjumlah 44604 suara dari 102.588 suara sah di tiga Dapil kabupaten Bengkayang.

Baca selengkapnya..

Monday, August 3, 2009

Wakil Bupati Bengkayang Buka Even Olahraga di Samalantan.

Wakil Bupati Bengkayang Buka Even Olahraga di Samalantan. Memperingati HUT RI ke-64, pemerintah kecamatan Samalantan menggelar berbagai even olahraga hingga permainan rakyat. Kegiatan yang dimulai pada 1 Agustus dan direncanakan berakhir pada 17 Agustus mendatang tersebut dibuka langsung oleh Wakil Bupati Bengkayang, Suryadman Gidot. Pada acara pembukaan, Sabtu (1/8) kemarin, Wakil Bupati didampingi Camat Samalantan, Ketua Panitia, Konsultan Manajemen PNPM Kabupaten, Ketua Panitia serta beberapa Kepala Desa. Dalam sambutannya, Gidot mengajak para kontingen serta masyarakat secara keseluruhan dapat menjadikan momen peringatan HUT Proklamasi tahun ini sebagai wahana untuk mempererat persatuan dan kesatuan bangsa. Selain itu juga, peringatan hari kemerdekaan kali ini hendaknya bisa menumbuhkan semangat bekerja keras guna mengisi pembangunan. “Mari kita ciptakan semangat tersebut dalam diri kita,” imbaunya. Usai memberikan kata sambutannya, Wakil Bupati kemudian menyaksikan pertandingan perdana yakni sepakbola putri antara tim Pabane melawan tim SMAN 1 Samalantan. Berdasarkan laporan Ketua Panitia, Utin Zohar, adapun kegiatan olahraga yang diselenggarakan diantaranya seperti Sepakbola, Bola Voli, Bulu Tangkis, Panjat Pinang, Tarik Tambang dan permainan rakyat yaitu lomba kupas kelapa. “Even tersebut diikuti semua kontingen dari tujuh desa yang berada dikecamatan Samalantan,” terang Utin. Tujuh desa yang dimaksud antara lain, Samalantan, Tumiang, Babane, Marunsu, Pasti Jaya, Sabou, Bukit Serayan. (tni) Dari komentar yang diucapnya, Utin mengaku bangga karena kegiatan yang digelar langsung dibuka oleh salah satu pejabat penting didaerah ini. Menurut kacamatanya, Utin menyebutkan kehadiran tersebut merupakan tanda bahwa telah terciptanya sebuah hubungan yang baik antara pemerintah dengan masyarakat. Memanfaatkan kesempatan itu juga, Utin tidak lupa menyampaikan terimakasihnya atas kerjasama yang diberikan oleh pemerintah pusat melalui program P2DTK urusan kepemudaan dan olahraga. Bantuan dana yang berasal dari program tersebut merupakan salah satu pendukung lancarnya kegiatan itu. “Untuk bidang kepemudaan dan olahraga, Bantuan Langsung Mandiri (BLM) mendapat porsi 5 % dari BLM kecamatan. BLM kecamatan Samalantan sendiri sebesar Rp.500 juta,” sebut Konsultan Manajemen PNPM-P2DTK Bengkayang, LM.Jufri. Berarti dana yang dikhususkan untuk bidang ini yakni sebesar Rp.25 juta. Dijelaskannya lagi, digunakannya dana untuk kegiatan tersebut berdasarkan usulan yang disampaikan masyarakat tentang penggunaannya.

Baca selengkapnya..

Wednesday, June 10, 2009

Pemberian Beasiswa, Pemda Perlu Adil

Krisantus Borneo Tribune, Bengkayang Upaya Pemda Bengkayang (instansi terkait) dalam memberikan bantuan beasiswa bagi duta daerahnya yang sedang menuntut ilmu patut dibanggakan. Hanya saja hal itu perlu diberikan secara adil. Demikian kata mahasiswa jurusan Ilmu Administrasi (IA), Fisip Untan asal Bengkayang, Subarjo baru-baru ini. Menurutnya, khusus pemberian beasiswa bagi mahasiswa (bukan ikatan dinas) yang menjalani pendidikannya di perguruan tinggi yang tersebar di Pontianak, belum menyentuh mereka yang mengambil jurusan non-eksak, seperti Fisip, Hukum maupun Ekonomi. “Padahal dalam mendukung proses pembangunan, khususnya di Bengkayang tidak hanya oleh mereka yang ahli dibidang eksak, melainkan juga dari orang-orang yang ahli dibidang lain,” tukasnya dengan nada menyakinkan. Secara lugas mahasiswa semester tujuh mengungkapkan ketidakadilan ini seolah-olah memberikan kesan penganaktirian bagi mereka yang menuntut ilmu diluar eksak. Oleh karena itu, agar terjadi keseimbangan dalam menelurkan sumber daya manusia Bengkayang yang berkualitas, Ia mengharapkan pihak Pemda harus jeli dan adil dalam memberikan bantuan. “Jeli maksudnya pemberia bantuan harus sesuai dengan persyaratan dimana seseorang (mahasiswa) berhak mendapatkannya. Sedangkan adil, artinya tidak hanya diberikan pada disiplin ilmu tertentu,” jelasnya. Berdasarkan data yang diberikan mantan ketua Ikatan Mahasiswa Kabupaten Bengkayang (IMKB) Periode 2006-2007, Wardi, S.Si saat dihubungi, menyebutkan setakat ini yang diketahuinya, mahasiswa diberbagai perguruan tinggi di Pontianak yang mendapat bantuan pemda (beasiswa) baru sebatas mahasiswa Untan pada fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan FKIP. Sementara diketahuinya selama menjadi ketua IMKB, mahasiswa non-eksak seperti disebutkan Subarjo tadi, belum ada. Dijelaskannya, pemberian beasiswa dari Pemda ini merupakan agenda kerja yang diprogramkan ketika dirinya menjadi ketua IMKB. Sedangkan untuk realisasi hal tersebut tergantung kebijakan pemda (instansi terkait). Wardi menyebutkan alasan mengapa hanya jurusan eksak (MIPA dan FKIP) yang mendapatkan jatah saat mengajukan beasiswa tersebut yaitu karena tenaga ahli dijurusan tersebut di Bengkayang masih sangat minim, sementara untuk bidang social dan hukum sudah terpenuhi. “Agar lebih jelas, sebaiknya ditanyakan ke dinas terkait,” tandasnya. Setelah melihat kenyataan diatas, sudah menjadi kewajiban agar instansi yang dimaksud lebih jeli dalam mengikuti perkembangan pendidikan didaerahnya, termasuk halnya dalam memberikan bantuan beasiswa.

Baca selengkapnya..

Bengkayang Tingkatkan Produksi Padi Sebesar 32 Persen

Krisantus (Borneo Tribune, Bengkayang) Keberhasilan Pemda Bengkayang dalam meningkatkan produksi padi pada tahun 2008 sebesar 32,70 persen atau 24.030 dari tahun sebelumnya yakni dari 73.470 ton menjadi 97.500 ton merupakan sebuah prestasi yang cukup membanggakan. Atas prestasi yang dicapai tersebut, pada tanggal 8 Juni 2009 lalu Bupati Bengkayang, Jacobus Luna mewakili masyarakat Bengkayang menerima penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono di Boyolali, Jawa Tengah. Penghargaan yang diberikan Presiden tersebut dimaksud untuk menggalakkan masyarakat dalam meningkatkan ketahanan pangan nasional. Berdasarkan keterangan yang diberikan Kepala Dinas Pertanian Bengkayang, Supriadi melalui Sekretaris Dinasnya, Danuri ketika ditemui wartawan ini diruang kerjanya, Rabu (10/6), pada tahun 2008 lalu Pemda Bengkayang mampu memenuhi target pemerintah pusat yang menghendaki peningkatan produksi pertanian sebesar 5 persen, untuk Bengkayang adalah padi. Selanjutnya, Ia menyatakan apa yang dicapai daerah ini merupakan hasil keringat semua pihak. “Kesadaran petani dalam menerapkan sistem pertanian yang baik merupakan salah satu indikator keberhasilan tersebut,” ungkap Danuri. Menurutnya kesadaran itu ditunjukan dengan tingginya minat masyrakat untuk menggunakan benih unggul dan kesadaran mereka untuk menanam padi sebanyak dua kali setahun. Pejabat yang pada awal karirnya sebagai PPL di Samalantan ini juga menyebutkan beberapa faktor lain yang memicu pencapaian itu, yakni meningkatnya luas areal tanam yang ditandai dengan adanya percetakan sawah seluas 500 Ha/tahun. Produksi satuan hektar meningkat dari 3,8 Kwintal/Ha menjadi 4,2 Kwintal/Ha. Peran serta yang tinggi dari PPL baik yang berasal dari departemen maupun THL. Dari data terakhir, mantan Camat Monterado ini mengatakan pada saat ini secara keseluruhan luas areal padi sawah yang dimiliki Bengkayang adalah 39.483 Ha dan luas areal padi ladang adalah 23.179 Ha.

Baca selengkapnya..

Thursday, April 23, 2009

Misteri Kematian Lena

Borneo Tribune, Bengkayang Ketika saya mendatangi rumah milik Libertus (40) di Dusun Merpati, Desa Samalantan, Kecamatan Samalantan, Minggu (19/4) sekitar pukul 15.30, wajah lesu terpancar dari roman muka Bapak lima anak tersebut. Pria yang kesehariannya ini menggantungkan hidupnya dari hasil karet itu beberapa hari yang lalu baru saja mengalami musibah yang mana satu dari anggota keluarganya pergi untuk selama-lamanya. Libertus yang saat ditemui ditemani tiga orang kerabatnya, termasuk Karyadi yang tak lain adalah sepupunya mempersilahkan dengan tutur kata yang bersahabat dengan wartawan ini. Dari keterangan yang diperoleh, Libertus tak lain merupakan ayah dari seorang bocah berumur 12 tahun yang pada hari Kamis (16/4) lalu telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Bocah itu bernama Lena. Dari informasi yang lain, diketahui Libertus telah menduda kurang lebih lima tahun yang lalu. Ia ditinggalkan istrinya yang menikah dengan orang lain. Dengan meninggalnya Lena, saat ini Libertus tinggal berdua dengan anaknya yang bungsu, sedangkan tiga anaknya yang lain masing-masing menetap di Sekadau (berkeluarga), bekerja di Singkawang dan satu di Luar Negeri. Setelah itu saya memperkenalkan diri, dengan suara lembut Libertus menceritakan kejadian tragis yang menimpa putri ke-empatnya tersebut. Berawal saat hendak menghantar bekal kepada sang ayah yang terlebih dahulu berangkat menoreh karet sekitar pukul 06.00 (Kamis, 16/4) di kebun karet milik keluarganya yang berjarak 200-an meter lebih dari rumah. “Lena berangkat tidak lama setelah saya mulai menoreh, mungkin baru menyelesaikan beberapa batang pohon karet, kurang lebih pukul 07.00,” kata Libertus menyebutkan perkiraan waktu anaknya menghantar bekal. Menurutnya, setiap hari hal rutin yang dikerjakan Lena ketika Ia menoreh ialah menghantar bekal sekalian ember penampung air sadapan karet setelah itu Lena akan membantunya mengambil air sadapan. Namun pada hari naas itu, pria paruh baya tersebut merasa sesuatu yang aneh. Aneh karena hingga selesai menoreh tetapi Lena tidak juga kunjung datang menghantar bekal dan ember yang memang dibutuhkannya untuk saat itu. Lebih lanjut, pria ini kembali mengungkapkan bila dalam durasi waktu dimana anaknya biasa menghantar bekal, Ia mendengar ada suara teriakan tidak jauh dari lokasi kebun karetnya. Tetapi Dia tidak memiliki kecurigaan sedikitpun dengan pendengarannya tersebut. Tidak diceritakan bagaimana Ia mengumpulkan hasil sadapan tersebut, Libertus kemudian menceritakan bila anaknya itu tidak kembali kerumah hingga pukul 16.00. Karena merasa kuatir akan keselamatan anaknya, Libertus kemudian meminta bantuan kepada para tetangganya untuk mencari anaknya yang tak juga kembali, pencarianpun dilakukan beramai-ramai. Bersama warga, Libertus mengatakan pencarian dilakukan hingga pukul 03.00 subuh (Jumat, 17/4) namun korban belum ditemui. Pencarian korban kembali dilakukan pada pukul 06.00 lewat atau ketika matahari sudah terbit. “Almarhum ditemui sekitar pukul 07.00 tidak jauh dari kebun karet, tepatnya di kolam bekas don feng (merk mesin yang digunakan untuk menambang emas),” ujarnya sembari mengungkapkan bila pada saat ditemui nyawa korban sudah tidak ada. “Disekujur tubuhnya ditemukan memar, disekitar bahu sebelah kanan, kepala bagian belakang remuk serta dikeningnya terdapat luka,” jelas Libertus menyebutkan kondisi yang dialami korban ketika ditemui. Lebih lanjut Libertus mengatakan setelah mayat ditemukan, Ia bersama masyarakat yang turut melakukan pencarian kemudian membawa tubuh korban kepada salah seorang bidan setempat untuk diperiksa karena diduga korban diperkosa sebelum dibunuh. Namun, hasil pemeriksaan Bidan tersebut tidak menunjukkan adanya indikasi pemerkosaan. Libertus dan warga mengaku tidak puas dengan hasil itu sehingga akhirnya mayat dibawa ke RS. Abdul Azis Singkawang untuk di Autopsi. Ketika ditinjau di TKP, lobang yang dimaksud jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 200-an meter dari rumah korban. Lobang tersebut memiliki kedalaman kurang lebih 3 meter dengan diameter lingkaran kurang lebih 4 meter persegi. Dijelaskan Paman korban, Karyadi yang menemani saya meninjau TKP menyebutkan jika pada malam kejadian pencarian dilobang tersebut sudah dilakukan sekali tetapi tidak ditemui adanya korban. “Mayat ditemui setelah dilakukan pencarian dilobang untuk kedua kalinya,” terang Karyadi. Karyadi yang saat ini berdomisili di Sibale (Serukam) ketika dalam perjalanan menuju TKP menyebutkan bila kematian Lena ini diduga telah dilakukan oleh seseorang. Ia menyebutkan alasannya karena, korban ditemukan dikolam bekas tambang yang bukan menjadi jalan menuju kebun karet milik korban. Kemudian, alasan kedua barang-barang yang dibawa oleh korban seperti dua buah ember, periuk, piring, sendok dan bekal korban tidak ditemui hingga sekarang. “Selain itu, ikat rambut, sisir dan sandal korban ditemui oleh pihak kepolisian pada semak-semak yang ditepur disekitar kolam,” terang Karyadi sambil menunjuk semak belukar dimana ditemukan barang-barang tersebut. Sementara itu, ketika ditemui diruang kerjanya pada hari bersamaan Kapolsek Samalantan, IPDA Dwi Harjana mengatakan bila proses pengungkapan kasus ini masih dalam tahap pengembangan. Dimana setelah mendapat laporan kejadian tersebut (mayat ditemukan) langsung mengerahkan anak buahnya untuk melakukan olah TKP selanjutnya dilakukan identifikasi TKP. Olah TKP dilakukan sebanyak dua kali yaitu hari Jumat dan Sabtu. “Dan hingga hari ini (dari Sabtu malam hingga Minggu siang) telah dilakukan pemanggilan terhadap empat saksi,” sebutnya. Keempat saksi yang kesemuanya telah dimintai keterangan diantaranya berinisial Fr, Kr, Istri Fr serta ayah korban, Libertus. “Petunjuknya sangat sedikit,” terang Dwi Harjana. Dijelaskannya, dari barang bukti dan keterangan saksi serta hasil visum tersebut pihaknya akan membuat sebuah analogy of crime untuk membuat sebuah kesimpulan dalam pengungkapan kasus. Dalam pengungkapan kasus ini, Polsek Samalantan mendapat bantuan anggota Penyelidik dari Polres Bengkayang sebanyak 5 orang. Sepekan kematian Lena (12) masih menjadi misteri semua pihak, baik pihak keluarga maupun kepolisian karena minimnya petunjuk yang bisa mengarah kepada tersangka. “Temuan Barang Bukti (BB) masih sebatas yang dimiliki korban, namun untuk BB yang mengarah kepada tersangka belum ada,” ungkap Kapolsek Samalantan, IPDA Dwi Harjana yang dihubungi melalui telefon, Kamis (23/4). Ditemukannya BB milik bocah kecil itu diakui langsung paman korban Karyadi saat bertandang dikantor perwakilan media ini di Bengkayang pada hari yang sama. Menurutnya hingga saat ini memang telah ditemukan BB berupa ember dan bekal yang diduga kuat milik korban. “BB tersebut ditemukan didasar lobang tempat dimana korban ditemukan,” terangnya. Ditemukannya ember dan bekal yang masih terbungkus dalam kantong itu setelah dilakukan pengecekan ulang didasar lobang yang dalamnya hampir mencapai 3 meter. Karyadi juga menyebutkan upaya yang ditempuh pihak keluarga dalam mengungkapkan kasus ini tidak hanya melalui pihak kepolisian, tetapi dilakukan dengan cara memanfaatkan orang pintar.

Baca selengkapnya..

Saturday, February 14, 2009

Kualitas Kurang, Berkah Bagi Bibi

(Krisantus. Borneo Tribune, Bengkayang). Akibat pengerjaan proyek pembangunan sebagian besar hasil-hasil pembangunan tersebut yang tidak dapat bertahan lama. Bahkan dalam terkadang tidak sampai hitungan tahun, dalam masa satu dua bulan saja hasil pekerjaan sudah mengalami kerusakan. Kendala pembangunan seperti itu bukanlah sebagai sesuatu yang sulit untuk melihat kenyataan dilapangan. Keinginan para pemegang proyek untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya bukanlah hal tabu dikerjakan mereka. Hal ini menyebabkan kerugian yang tidak sedikit bagi keuangan Negara, karena anggaran yang seharusnya digunakan untuk membangun sarana dan prasarana lain harus tertahan atau bahkan tidak dianggarkan karena anggaran tersebut kemudian digunakan kembali untuk memperbaiki sarana dan prasarana yang sudah ada namun rusak. Terlepas dari hal itu, ternyata rendahnya mutu dari kualitas pembangunan infrastruktur didaerah ini (Bengkayang) mampu memberikan penghasilan yang lumayan besar bagi seorang Bibi. Pemuda lajang berusia 22 tahun ini ternyata mampu memanfaatkan adanya kerusakan infrastruktur jalan disepanjang jalan desanya. “Kurang lebih empat tahun lalu saya mulai bekerja seperti ini,” kata Bibi saat ditemui sedang meratakan batu ditengah jalan aspal yang mengalami kerusakan (berlubang), seminggu lalu. Pria berkulit hitam tersebut berasal dari Desa Magmagan Karya, Dusun Doyot, Kecamatan Lumar. Saban hari pekerjaannya ialah menambal setiap lubang dijalan aspal yang melintasi desanya. Lubang-lubang yang bisa dikategorikan berbahaya bagi pengendara itu ditambal atau ditutupinya menggunakan tanah merah dan sedikit kerikil yang bertaburan dipinggiran jalan sehingga memudahkan pengendara melewati jalanan tersebut. Pekerjaan itu tidak pernah selesai, karena disepanjang jalan banyak ditemui lubang-lubang ukuran besar hingga sedang. Untuk dapat bekerja, Bibi hanya perlu menyediakan dua peralatan yaitu cangkul dan tanggok (alat yang biasa digunakan masyarakat setempat untuk mengangkut tanah atau pasir). Sejak pagi hingga menjelang sore ia terus bekerja dari lubang yang satu menuju lubang yang lain. Terpaan debu dan asap akibat kendaraan yang lewat merupakan hal yang harus diterimanya. Bahkan teriknya sinar matahari bukanlah penghalang baginya untuk beraktivitas. Karena perkerjaan itu rutin dilakukan, masyarakat sekitar dan pengendarapun banyak yang mengenalnya. Bibi telah terbiasa, Ia tidak lagi canggung melakukan tugas rutinnya itu. Bagaimana tidak, ternyata dari pekerjaan yang kelihatannya sangat tidak layak digelutinya itu mampu memberikan penghasilan yang lumayan besar bagi seorang lajang macam Bibi. “Terkadang seratus hingga seratus lima puluh ribu,” ungkapnya mengatakan besaran uang yang dia peroleh bila selama seharian bekerja. Uang itu didapatnya dari para setiap pengendara yang melintasi jalan. “Paling besar yang pernah saya peroleh yaitu tiga ratus ribu,” terangnya. Bibi menuturkan jika dalam setiap pemberian pengendara tidaklah ditentukan tarifnya, tergantung kerelaan mereka yang memberikan uang. Mulai dari seribu hingga puluhan ribu terkadang dikasih uang. “Saya menambal lubang dijalan ini tidak meminta upah kepada pengendara maupun terikat kepada pemerintah. Namun saya hanya menanti adanya kerelaan dari pengendara yang lewat,” jelas Bibi. Dari pantauan langsung, memang tidak terlihat adanya tanda palang ataupun kayu yang berfungsi untuk menahan laju setiap kendaraan yang lewat. Dari kejauhan setelah mendengarkan gaung suara kendaraan Bibi hanya berlari kepinggir jalan sambil mengambil tanah maupun kerikil disekitarnya selanjutnya membiarkan kendaraan berlalu. “Biasanya pengendara yang merasa iba, berhenti atau melambatkan laju kendaraannya. Terkadang karena merasa berterimakasih, pengendara tersebut mau memberikan uang mereka. Tetapi tidak jarang pula yang begitu saja berlalu,” akunya. Pekerjaan ini setidaknya mampu memberikan penghasilan bagi seorang Bibi akibat kerusakan yang ditimbulkan karena rendahnya kualitas jalan dan usia jalan yang telah lama dibangun. Ketika ditanya, hingga kapan pekerjaan ini terus digeluti! “Mungkin hingga jalan disini sudah direhab dan tidak ada lagi lubangnya,” tandas Bibi.

Baca selengkapnya..
by TemplatesForYouTFY
SoSuechtig, Burajiru