Saturday, December 22, 2007

Pemanasan Global Perlu Perhatian Semua Pihak

Pemanasan Global Perlu Perhatian Semua Pihak By Krisantus Isu pemanasan global akhir-akhir ini menjadi hangat diperbincangkan oleh seluruh umat manusia. Untuk masyarakat Indonesia kiranya isu ini mendapat perhatian yang besar karena hal ini menyangkut masalah bersama yang harus diatasi. “Menyikapi Pemanasan global harus dicermati dan menjadi perhatian kita bersama. Karena hal ini merupakan isu yang menyeluruh bagi bangsa-bangsa didunia”. Kata Koordinator Wilayah FLEGT, Thadeus Yus. Menurutnya, pemanasan global pada saat ini sudah melampaui batas dimana masalah itu telah menimbulkan efek rumah kaca yang berbahaya bagi keadaan bumi. Dijelaskannya bahwa efek rumah kaca itu bukan berasal dari bangunan-bangunan atau gedung-gedung yang terbuat dari kaca. Tetapi berasal dari emisi gas yang dikeluarkan oleh manusia melalui industri, pembakaran hutan, pembakaran fosil. Gas-gas yang dikeluarkan tersebut akan menahan sinar matahari yang dipantulkan ke bumi. Dampak yang ditimbulkan oleh gas tersebut dapat menimbulkan berbagai efek yang berbahaya bagi kehidupan mahkluk hidup. Misalnya, Tenggelamnya pulau-pulau kecil akibat mencairnya es di kutub, tidak menentunya perubahan musim menyebabkan efek terhadap kegiatan pertanian jadi terganggu, timbulnya kekeringan, penyakit akibat udara yang kotor, hilangnya keanekaragaman hayati. Perdagangan karbon yang banyak dibahas dalam konferensi UNFCC di Nusa Dua Bali, menuai berbagai protes dari para pecinta lingkungan hidup. “Saat ini semua pecinta lingkungan dari berbagai organisasi diseluruh dunia berkumpul di Bali, mereka mengontrol pembahasan terhadap mekanisme perdagangan karbon yang direncanakan oleh berbagai negara”. Kata koordinator kampanye walhi kalbar, Hendi Candra. Apabila perdagangan karbon disetujui untuk dilaksanakan, maka yang akan dirugikan adalah orang-orang kecil terutama masyarakat adat yang dari dulu telah menjaga kelestarian lingkungan dengan menjaga hutan adat. Sedangkan yang akan diuntungkan adalah para penguasa dan perusahaan-perusahaan monokultur seperti HTI, Perkebunan sawit dan perusahaan besar lainnya. “Sebenarnya, masyarakat kecil itu tanpa disuruhpun mereka sejak dulu sudah menjaga kelestarian hutan, hanya saja mereka yang merusak hutan atau lingkungan adalah perusahaan-perusahaan besar yang notabene nya didukung oleh pihak penguasa”. Katanya lagi. Dengan adanya mekanisme perdagangan karbon, secara tidak langsung masyarakat kecil akan menjadi penjaga hutan sedangkan negara maju dengan seenaknya mengeluarkan emisi gas. Karena apabila masyarakat telah menerima kompensasi dari negara penghasil karbon, hal ini akan menimbulkan tekanan dari negara tersebut. Indonesia merupakan penghasil karbon terbesar nomor tiga didunia. Penyebabnya adalah karena kebakaran hutan yang menghasilkan karbondioksida (CO2) begitu besar. Kebanyakan pelaku dari pembakaran hutan itu adalah pihak perusahaan. Untuk membuka lahan, dilakukan dengan cara membakar lahan. Kemudian lahan yang dibuka dalam ukuran luas tersebut menyebabkan berkurangnya sumber penyerap karbondioksida. Perhutani menyatakan, kerusakan hutan yang terjadi tahun 2007 ini sudah mencapai kisaran 250 ribu–300 ribu hektare. Angka tersebut hampir menyamai jumlah kerusakan hutan yang terjadi selama 2006. Melihat besarnya kerusakan tersebut, semua pihak hendaknya menyadari akan bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan Indonesia bagi pemanasan global. (9/12/07)

0 komentar:

by TemplatesForYouTFY
SoSuechtig, Burajiru