Sunday, February 17, 2008

Asap Rusak Paru-paru

* Penderita ISPA Didominasi Warga Kota Pontianak Sepuluh tahun terakhir Kalbar aktif memproduksi asap. Hingga 21 Januari, sudah ada 88 titik api yang mengakibatkan terjadinya kebakaran. Baik dalam jumlah besar maupun kecil kebakaran itu menimbulkan polutan dan sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Tiga bulan terakhir pada tahun 2007 yang diperoleh dari Rekam Medis RSU. Santo Antonius Pontianak, tercatat 37 kasus penderita Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang terdiri dari 23 anak-anak dan 14 orang dewasa. November sebanyak 21 kasus yang terdiri dari 12 anak dan 9 dewasa. Sedangkan terakhir pada bulan Desember sebanyak 16 kasus, anak-anak 7 orang dan dewasa 9 orang. Secara umum, anak-anak yang terkena ISPA berada pada umur 0 s/d 14 tahun sedangkan untuk dewasa bayak dialami dari usia 15 tahun ke atas. “Dibandingkan dengan daerah lain, umumnya pasien lebih banyak berasal dari Kota Pontianak,” ungkap petugas Rekam Medis RSSA, Sri Margaretha Dayang. Sumber asap diperoleh dari proses pembakaran yang disengaja maupun yang tidak disengaja, seperti kendaraan bermotor, mesin pabrik, kebakaran lahan. “Asap merupakan salah satu polutan yang dapat menyebabkan pencemaran udara,” kata Ketua Jurusan Biologi Fakultas MIPA Untan, Elvi Rusmiyanto P.W di Ruang Kerjanya, Selasa (22/1). Menurutnya, pencemaran udara adalah masuknya zat pencemar primer ke dalam udara dalam jumlah dan waktu serta kondisi yang dapat merusak lingkungan dan mengganggu kenyamanan serta membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia. Rusmiyanto yang juga merupakan Dosen Pencemaran Lingkungan dan Toxikologi Lingkungan Fakultas MIPA menjelaskan, kebakaran akan menghasilkan dua jenis komponen yaitu polutan primer dan sekunder. Unsur yang terdapat dalam polutan primer antara lain adalah asap (kabut asap) seperti debu, partikel-partikel dan jelaga dan gas-gas hasil pembakaran seperti oksida karbon (COx) di mana di dalamnya terdapat gas karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida (CO). Kemudian oksida belerang (SOx), di dalamnya terdapat sulfur dioksid (SO2), hidrogen sulfit (H2S). Serta oksida nitrogen (NOx) seperti NO2, NO3. Sedangkan polutan sekunder merupakan senyawa yang dihasilkan sebagai hasil interaksi dengan senyawa lain seperti reaksi antara sulfur dioksid (SO2) atau hidrogen sulfit (H2S) dengan hidrogen oksida (H2O) akan menghasilkan asam sulfat (H2SO4) atau reaksi antara NO2 atau NO3 dengan H2O membentuk asam nitrat (HNO3). “Sifat kedua senyawa H2SO4 dan HNO3 adalah korosif, iritatif, reaktif dan berbahaya,” begitu Ia menyimpulkan. Di atmosfer, senyawa ini akan menyebabkan air hujan yang lebih masam. Hujan asam yang sampai ke tanah akan menyebabkan peningkatan keasaman tanah yang pada akhirnya akan mengganggu ketersediaan unsur hara. Sedangkan keberadaan senyawa H2SO4 dan HNO3 dalam sistem tubuh manusia akan mengakibatkan gangguan kesehatan, karena sifatnya yang iritatif dan reaktif. Contohnya, senyawa tersebut terkena pada mata kita, mata akan menjadi pedih, merah dan terasa panas. Dan jika masuk ke dalam tubuh, akan mengakibatkan terjadinya iritasi terhadap organ tubuh, terutama saluran pernapasan (terutama bagian atas), seperti hidung menjadi perih, peradangan pada tenggorokan dan trakea. “Bahkan kalau sampai masuk ke dalam paru-paru, akan menyebabkan rusaknya sel-sel alveolus, sehingga menghambat transportasi oksigen (O2) di dalam jaringan darah,” jelasnya. Penghambatan terjadi melalui terbentuknya ikatan antara haemoglobin (Hb) dengan gas CO2 menghasilkan HbCO2 dan atau CO menghasilkan HbCO yang mengakibatkan Hb tidak mampu berikatan dengan oksigen (O2) untuk membentuk HbO2. Terganggunya pembentukan ikatan HbO2 menyebabkan gangguan aktivitas respirasi dan metabolisme tubuh yang mengakibatkan gangguan pernafasan, sesak napas, pusing, lemas dan pingsan. Dampak kebakaran terhadap lingkungan ditunjukkan terjadi perubahan komposisi gas atmosfer. Misalnya, peningkatan konsentrasi karbon dioksida, belerang dioksida dan penipisan ozon pada stratosfer yang menyebabkan masuknya sinar ultra violet dengan panjang gelombang 220 sampai 330 nm. Sinar ultraviolet itu dapat menyebabkan kanker pada kulit. Walaupun sumber perubahan komposisi gas atmosfer tersebut tersebar secara sporadic di berbagai tempat di bumi, yakni kawasan industri dan kota besar tetapi dampaknya akan terasa pada keseluruhan lapisan atmosfer bumi karena udara selalu aktif bergerak sehingga perubahan tersebut akan terdistribusi secara merata. News, 23 January 2008. Rabu ■

0 komentar:

by TemplatesForYouTFY
SoSuechtig, Burajiru