Saturday, December 22, 2007

Laku Bakti Sebagai Pokok Kebajikan

By Krisantus Menegakkan diri hidup menempuh Jalan Suci, sesuai dengan bimbingan agama, meninggalkan nama baik dizaman kemudian, sehingga memuliakan orang tua itulah akhir dari Laku Bakti. Jadi sebenarnya Laku Bakti itu berawal dari diri sendiri, lalu dikembangkan dalam keluarga kemudian kepada pimpinan masyarakat atau negara dan lingkungannya. Menurut Sakandai Talok, yang juga pengurus Komda Majelis Agama Konghucu (MAKIN) Kalimantan Barat, Bakti atau Xiao, mempunyai makna imani “memulai hubungan”. Hal tersebut dapat dilihat dari huruf Xiao yang terdiri dari dua bangunan huruf. Dibagian atas huruf Lao yang berarti tua dan dibagian bawah Zi yang berarti anak. Dengan demikian dapat menggambarkan “Anak mendukung atau menjunjung orang tua” atau kata lainnya yang dijunjung oleh anak sepenuh hati. Secara bebas anak diartikan sebagai “hamba” (dalam mengabdi), sehingga secara umum laku bhakti atau Xiao dapat diartikan “memuliakan atau pemuihan hubungan” antara yang lebih “rendah” atau kepada yang lebih “tinggi”. Kemudian bila kita perhatikan huruf Jiao. Agama merupakan gabungan huruf laku bhakti atau Xiao dan ajran atau wen. Sedangkan wen mempunyai arti teori ajaran, sastra dan budaya. Dengan demikian telihat bahwa jiao dapat disimpulkan atau diartikan sebagai ”Agama adalah ajaran yang tentang menjunjung atau memuliakan hubungan aspek kehidupan manusia sebagai kodrat yang di yang difirmankan oleh Tuhan Yang Maha Esa”. Hal tersebut tersirat dalam sabda Nabi Kongzi, yang berbunyi sebagai berikut : ”Diantara watak-watak yang terdapat diantara langit dan bumi, sesungguhnya manusialah yang termulia. Diantara perilaku manusia, tiada yang ebih besar dari Laku Bakti. Laku bakti tiada yang lebih besar daripada menaruh hormat dan memuliakan orang tua dan hormat dan memuliakan orang tua itu tiada yang lebih besar dari pada selaras dan harmonis kepada Tuhan”. Betapa luas dan dalam pengertian imani akan Laku Bakti itu, bahwasannya manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang termulia dan mahkluk yang lengkap, baik dari daya hidup rohani maupun jasmani. Dalam pengalaman dan penerapan bakti dikehidupan sehari-hari menurut ajaran agama Konghucu telah mencakup semua dimensi kehidupan. Oleh karenanya, manusia sebagai mahkluk ciptaan-Nya wajib menempuh hidup selaras dengan Firman-Nya. Ini merupakan perintah atau Hukum Suci Tuhan dimana manusia yang telah dikarunia kebajikan Tuhan atau Tian De haruslah senantiasa merawat dan mengamalkannya dalam kehidupan agar memperoleh kebahagian. Hal tersebut akan terungkapkan dalam sabda-sabda Nabi, sebagai berikut : ”Sesungguhnya Laku Bakti itu ialah kebajikan. Daripadanya ajaran agama berkembang. Tubuh, anggota badan, rambut dan kulit diteria dari ayah dan bunda.(maka) perbuatan tidak berani membiarkannya rusak dan luka . itulah permulaan dari Laku Bakti”.(published in Borneo Tribune at 3 desember 2007) ”Menegakkan diri hidup menmpuh Jalan Suci, meninggalkan nama baik di zaman kemudian sehingga memuliakan ayah-bunda, itulah akhir dari Laku Bakti. Sesungguhnya Laku Bakti itu dimulai dengan mengabdi kepada orang tua selanjutnya mengabdi kepada pimpinan dan akhirnya meneggakkan diri”. Tentang Laku Bakti dalam ajaran Nabi Kongzi seringkali disalah artikan. Dikatakan Laku Bakti atau Xiao sering disalah gunakan oleh orang-orang tionghoa yaitu untuk menuntut anak-anaknya agar lebih berbakti kepada kepada orang tua, sedangkan orang tua melipakan kewajibanya. Bahkan dikatakan Laku Bakti terlalu mengutamakan keluarga atau kepentingan pribadi, daripada keantingan umum. Hal tersebut adalahpengertian yang salah tentang Laku Bakti. Laku Bakti itu dimulai dengan melayani orag tua, selanjutnya mengbdi kepada pemimpin dan akhirnya menegakkan diri. Merawat tubuh yang diwariskan orang tua dan tidak membiarkan rusak atau menyia-nyiakannya dengan perbuatan yang tidak benar (misalnya penyalahguanaan narkoba). Itulah permulaan dari laku bakti.

0 komentar:

by TemplatesForYouTFY
SoSuechtig, Burajiru